Agen Bola

Sejak tahun 1995, ketika aturan Bosman diberlakukan, banyak yang berkata bahwa agen bola akan mati dan kesebelasan akan bangkrut. Nyatanya hal demikian tidak pernah terjadi. Justru sebaliknya, Bosman membuka pintu bagi globalisasi sepakbola dalam bentuk hilangnya batasan pemain-pemain asing dalam “keluarga” Uni Eropa. Menurut CEO Coventry City Ray Ranson, nilai akumulatif pesepakbola di Eropa bisa mencapai 20 miliar poundsterling (337 triliun rupiah) atau setara dengan biaya penyelenggaraan penuh Olimpiade London 2012. Sebelum komersialisasi melanda dunia sepakbola, perputaran uang yang terjadi di kesebelasan, liga, federasi, maupun pemain tidaklah sebesar sekarang. Nilai kontrak seorang pemain sekarang ini selama lima tahun bisa setara dengan harga sebuah proyek perbaikan transportasi massal di Jakarta. Besarnya nilai kontrak pemain di atas tidak lepas dari pesatnya kemajuan industri sepakbola yang dipicu oleh revolusi penyiaran (broadcasting). Revolusi penyiaran secara signifikan menambah pemasukan kesebelasan.

Dengan peningkatan tersebut, kesebelasan dapat membeli pemain dengan harga mahal. Gaji pesepakbola dengan status pemain bintang kini setara dengan bayaran orang yang bekerja pada industri hiburan maupun kalangan top management dari perusahaan-perusahaan teratas. Imbasnya, perpindahan pemain menjadi semakin sering terjadi, dan skemanya pun bermacam-macam. Terjadinya kasus Bosman ini pula yang menjadikan posisi pemain menjadi sangat superior dalam hal negosiasi kontrak. Tidak mengherankan harga pemain terus melambung. Ini juga yang membuat peran agen pemain di sepakbola telah menjadi semakin penting agar pemain dan kesebelasan tidak dibodohi. Pentingnya agen di industri sepakbola ini membuahkan peraturan yang diperlukan sebagai elemen kontrol dan juga perlindungan pemain. Pada 2008, peraturan FIFA mengenai agen pemain, atau FIFA Players Agent Regulation (FIFA PAR) kemudian dibuat untuk mengatur aktivitas agen pemain yang beroperasi di sepakbola global. Sebelumnya, FIFA PAR mendefinisikan perantara sebagai seorang “agen”. Akan tetapi, banyaknya agen tak berlisensi yang membuat transaksi pada transfer maupun kontrak pemain menjadi tidak transparan, membuat FIFA kemudian mengubah istilah “agen bola” menjadi “perantara” (intermediary). FIFA sendiri menjelaskan perantara sebagai “orang alami (seperti keluarga) atau legal (representatif), yang dengan maupun tanpa bayaran, merepresentasikan pemain dan/atau kesebelasan pada saat negosiasi dengan pandangan untuk merampungkan kontrak pemain, atau mewakili kesebelasan saat negosiasi dengan pandangan untuk merampungkan perjanjian transfer.” Secara umum, perantara atau agen (selanjutnya kita sebut saja “agen” agar lebih mudah dibaca dan dipahami) memang ada untuk mengurus segala sesuatu di luar lapangan. Di sini, peran agen sangat krusial.Keputusan transfer memang akan dibahas antara agen dan pemain, yang juga dapat berbicara dengan keluarga pemain itu sendiri.